Aula Institut Ahmad Dahlan (IAD) Probolinggo pada hari Sabtu, 23 November 2024 dipenuhi semangat dan keceriaan. Mahasiswa berkumpul untuk mengikuti acara istimewa yang dibawakan oleh Prof. Dr. Iswinarti, M.Si, seorang pakar revitalisasi permainan tradisional untuk anak usia dini dan dasar. Workshop ini mengangkat tema “Revitalisasi Permainan Tradisional untuk Generasi Kreatif dan Berbudaya.”
Dengan senyum ramah dan suara lembut, Prof. Dr. Iswinarti, M.Si mengawali workshopnya dengan memperkenalkan berbagai permainan tradisional sederhana, seperti engklek, lompat tali, dakon, dan naga panjang. Beliau menjelaskan bagaimana permainan ini memiliki potensi besar dalam merangsang perkembangan motorik, kognitif, dan sosial-emosional anak.
Sebagai contoh, engklek melatih keseimbangan dan koordinasi mata-tangan, sedangkan lompat tali meningkatkan daya tahan tubuh dan koordinasi. Sementara itu, permainan dakon membantu mengasah konsentrasi, strategi, serta kesabaran anak.
“Permainan tradisional ini bukan hanya menyenangkan, tetapi juga sarat nilai-nilai sosial, seperti kerja sama, kejujuran, dan sportivitas,” ungkap Prof. Dr. Iswinarti, M.Si.
Selain membahas manfaat, Prof. Dr. Iswinarti juga menyoroti tantangan besar yang dihadapi anak-anak saat ini, yaitu kecanduan gadget. Beliau menjelaskan bahwa banyak anak cenderung kurang bergerak akibat terlalu lama bermain gawai, yang akhirnya berdampak negatif pada perkembangan fisik, sosial, dan emosional mereka. “Permainan tradisional ini menjadi alternatif penting untuk mengatasi dampak buruk kecanduan gadget. Ini adalah cara yang mudah, murah, dan kaya manfaat untuk mendorong anak kembali aktif secara fisik dan terhubung dengan lingkungannya,” jelas beliau.
Untuk membuat permainan tradisional tetap relevan di era modern, beliau memaparkan berbagai inovasi kreatif, seperti mendesain engklek dengan pola yang lebih menarik dan menciptakan variasi gerakan agar permainan terasa segar bagi anak-anak. Dakon, misalnya, diubah menjadi lebih interaktif dengan tambahan aturan yang merangsang kreativitas anak tanpa kehilangan nilai budaya yang melekat. Hal ini menunjukkan bahwa permainan tradisional dapat beradaptasi tanpa kehilangan esensinya sebagai warisan budaya.
Sesi kuliah ditutup dengan praktik langsung. suasana ruangan berubah menjadi meriah dengan gelak tawa dan semangat para peserta yang berlomba-lomba melompati engklek, bermain dakon, dan berinteraksi dengan teman-temannya. Antusiasme para mahasiswa terlihat dari wajah-wajah ceria mereka saat menikmati kegiatan ini.. “Seru sekali! Ternyata permainan seperti ini sangat menyenangkan dan membuat kami lebih dekat dengan teman-teman,” ujar salah satu mahasiswa dengan antusias.
Ruangan dipenuhi kreativitas dan semangat untuk melestarikan warisan budaya.
Pemateri tersenyum puas melihat antusiasme generasi muda. Beliau percaya bahwa permainan tradisional bukan sekadar nostalgia, tetapi juga jalan untuk membangun karakter dan kreativitas generasi penerus.